“Manusia diciptakan tidak seperti Tuhannya, manusia tak bisa sesabar
Dia. Manusia hanyalah makhluk yang bahagia saat merasakan kebersamaan dan
menangis saat menemui perpisahan”
Ketika kita tak mampu lagi bersama, maka tersenyumlah. Bukan karena
bahagia, tapi karena bersyukur Tuhan telah memberikan kita kesempatan untuk
saling mengenal. Dia telah mengizinkan kita untuk merasakan apa itu cinta,
berbagi, dan menerima apa adanya. Kita tak benar berpisah, hanya keadaannya
saja yang kan berbeda. Cinta sebenarnya itu abadi. Aku belajar sesuatu dari
semua ini. Cinta sebenarnya itu bukan hanya sekedar kata “aku cinta kamu” atau
sekedar memberikan kecupan sayang di kening. Cinta itu tak tahu saat kita
bertanya pada diri kita sendiri “mengapa aku mencintainya?”. Setidaknya, sejauh
ini, itulah definisi cinta sebenarnya menurutku. Bukan cinta sejati, tapi cinta
sebenarnya”