23 yo | sensitive | cheerful | independent |

Tuesday, October 18, 2011

aku, dia, dan Dia

Persoalan soal agama adalah suatu hal yang sensitive untuk dibicarakan. Bahkan, kadang, jujur saja, aku melupakan Tuhan. Bahkan aku lebih sering menyentuh buku-buku pelajaranku dibanding kitab-Nya. Namun, semuanya berubah. Sejak aku bertemu dengannya. Sejak aku melihat persoalan ini dari sisi yang lain. dari sisi seorang mualaf.
Aku semakin dekat dengan kitab-Nya saat ia memberitahuku kata-kata, yang menurutku, sangat indah. Aku lupa tepatnya seperti apa. Aku hanya ingat “…Al-Quran itu permata hati, jika kamu ingin meninggalkannya tidak apa, tapi jangan pernah meninggalkannya untuk selama-lamanya”
Saat membaca itu, yang terlintas di benakku hanya, “sungguh kurang bersyukur aku, seseorang yang bisa membaca keindahan ayat-ayat-Nya. Bagaimana dengan dia ? aku yakin dia ingin sekali melantunkan ayat-ayat itu, namun dia belum berkesempatan, sedangkan aku? Kurang beruntungkah ?”
Dan ketika aku mengajarinya melantunkan ayat-Nya, entah bagaimana menjelaskannya, namun aku bahagia.
Terima kasih untuk seseorang yang telah membuatku sadar, terima kasih telah membuatku selalu membaca keindahan-Nya di setiap waktu ibadahku J